Komoditas seperti minyak kelapa sawit, batubara, dll merupakan komoditas yang penting serta dalam jangka panjang akan tetap dibutuhkan. Meskipun saat ini sudah terkoreksi. Namun secara jangka panjang, harga minyak kelapa sawit cenderung mengalami tren peningkatan.
Ini dikarenakan minyak kelapa sawit tidak hanya untuk memasak, tetapi juga untuk bahan sabun, kosmetik, dll melalui proses yang disebut oleokimia.
Saya belum menemukan data historis harga batubara, tetapi saya yakin harganya juga mengalami tren peningkatan. Ini dikarenakan hingga saat ini, batubara merupakan sumber energi yang paling murah. Keadaan seperti saat ini membuktikan bahwa dunia masih tidak bisa lepas sepenuhnya dari batubara. Apalagi batubara merupakan sumber daya yang jumlahnya terbatas sehingga semakin hari cadangannya semakin sedikit.
Meskipun kita bisa memaksakan konversi ke sumber energi yang lebih bersih, akibatnya bisa membuat harga listrik menjadi mahal.
Jadi emiten komoditas seperti batubara dan kelapa sawit masih menarik untuk investasi. Namun kinerjanya dalam jangka pendek sangat volatile (naik turun) sehingga butuh strategi investasi yang berbeda dari emiten lain.
Sangat Berhati-Hati
Saya umumnya sangat berhati-hati dalam berinvestasi pada emiten komoditas. Saya justru lebih berhati-hati ketika harga komoditas tersebut melambung tinggi. Karena biasanya diikuti kenaikan harga sahamnya. Kita akan rentan terkena FOMO komoditas sampai akhirnya harga komoditas kembali terkoreksi dan harga sahamnya jatuh dalam.
Risiko berikutnya adalah ketika harga komoditas jatuh, begitu pula dengan kinerja perusahaannya. Perusahaan komoditas rentan pailit di tengah rendahnya harga komoditas akibat penurunan pendapatan dan utang yang tinggi.
Perhatikan Utang dan Arus Kas
Saya pastikan utang/liabilitas jangka panjangnya tidak lebih dari 50% ekuitasnya. Jika di atas itu, saya pastikan arus kas operasinya selalu positif.
Investasi Saat Harga Komoditas Rendah
Saat harga komoditas rendah, kinerja emiten komoditas tersebut biasanya juga rendah. Namun ada juga emiten yang kinerjanya masih bagus meski harga komoditas tengah rendah. Penurunan kinerja tetap terjadi, namun tidak parah. Biasanya dicirikan masih mampu membagikan dividen.
Oleh karena investor umumnya menghindari saham komoditas saat harga komoditas turun, harga sahamnya bisa saja menjadi terlalu murah sehingga sangat menarik untuk diinvestasikan.
Saya alokasikan investasi saham komoditas di tengah turunnya harga komoditas setara dengan emiten undervalue sektor lain. Misalnya, saya punya Rp 100 juta dan tiap emiten alokasinya Rp 10 juta. Maka alokasi untuk satu emiten komoditas sebanyak maksimal Rp 10 juta.