Mirip tapi Tak Sama, Ini Perbedaan HIIT dan Kardio Intensitas Sedang

High-Intensity Interval Training (HIIT) dan kardio intensitas sedang adalah dua jenis latihan yang populer dalam dunia kebugaran. Meski keduanya bisa meningkatkan kesehatan kardiovaskular dan membakar kalori, metode dan manfaatnya memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Memahami perbedaan antara HIIT dan kardio intensitas sedang penting untuk membantu memilih jenis latihan yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan kebugaran Anda. Berikut adalah penjelasan mengenai perbedaan HIIT dan kardio intensitas sedang.

1. Intensitas dan Durasi Latihan

  • HIIT (High-Intensity Interval Training) adalah latihan dengan intensitas tinggi yang dilakukan dalam waktu singkat. HIIT melibatkan periode latihan maksimal yang intens, diikuti dengan periode istirahat singkat atau pemulihan aktif. Misalnya, melakukan sprint 30 detik diikuti dengan istirahat 10-20 detik, yang diulang beberapa kali. Total durasi HIIT biasanya berkisar antara 15 hingga 30 menit.
  • Kardio Intensitas Sedang biasanya dilakukan dengan tempo yang lebih stabil dan intensitas yang lebih rendah dibandingkan HIIT. Contohnya adalah jogging, bersepeda dengan kecepatan sedang, atau berjalan cepat. Kardio intensitas sedang umumnya dilakukan dalam durasi yang lebih lama, sekitar 30-60 menit atau lebih, dengan detak jantung yang stabil tanpa jeda yang drastis.

2. Kalori yang Dibakar

  • HIIT terkenal karena kemampuannya membakar kalori dalam waktu singkat, dan efek “afterburn” atau EPOC (Excess Post-Exercise Oxygen Consumption). Setelah melakukan HIIT, tubuh tetap membakar kalori bahkan setelah latihan selesai, karena tubuh membutuhkan waktu lebih lama untuk kembali ke keadaan normal. Ini membuat HIIT efektif bagi mereka yang ingin menurunkan berat badan dalam waktu singkat.
  • Kardio Intensitas Sedang tidak memiliki efek afterburn seperti HIIT, sehingga kalori yang terbakar lebih rendah jika dihitung per menit. Meski begitu, karena kardio intensitas sedang dilakukan dalam durasi yang lebih lama, kalori yang terbakar total bisa cukup banyak, terutama jika dilakukan secara rutin.

3. Pengaruh terhadap Otot dan Kekuatan Tubuh

  • HIIT memiliki efek positif pada otot karena intensitasnya yang tinggi dan melibatkan gerakan eksplosif, seperti lompat atau sprint. HIIT dapat membantu menjaga massa otot sambil membakar lemak, menjadikannya pilihan yang ideal bagi mereka yang ingin mengurangi lemak tanpa kehilangan massa otot.
  • Kardio Intensitas Sedang lebih fokus pada daya tahan dan kesehatan jantung, tetapi biasanya tidak membantu dalam membangun atau mempertahankan massa otot seperti HIIT. Latihan ini lebih cocok untuk orang yang ingin melatih daya tahan tanpa stres tinggi pada otot atau sendi.

Kenapa Nama Cacar Monyet Diganti Mpox?

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) secara resmi mengganti nama “cacar monyet” menjadi “mpox” pada tahun 2022. Perubahan ini bertujuan untuk mengurangi stigma negatif dan diskriminasi yang sering kali dikaitkan dengan istilah “cacar monyet” atau monkeypox. Berikut adalah beberapa alasan utama di balik penggantian nama ini dan manfaat dari penamaan baru tersebut:

1. Mengurangi Stigma dan Diskriminasi

Nama “cacar monyet” awalnya dipilih karena virus ini pertama kali diidentifikasi pada monyet laboratorium di Denmark pada tahun 1958, meskipun monyet bukan satu-satunya inang alami virus ini. Penelitian menunjukkan bahwa virus Monkeypox sebenarnya lebih umum ditemukan pada hewan pengerat, seperti tikus dan tupai, di Afrika Barat dan Afrika Tengah. Namun, istilah “cacar monyet” sering kali menimbulkan asumsi yang keliru dan menghubungkan virus ini secara eksklusif dengan monyet, yang menyebabkan stigma sosial dan diskriminasi, terutama terhadap kelompok-kelompok tertentu di beberapa wilayah. Penggantian nama ini menjadi “mpox” diharapkan dapat menghilangkan persepsi yang salah dan mengurangi risiko diskriminasi yang berkaitan dengan istilah tersebut.

2. Menghindari Penyalahgunaan Nama dalam Konteks Rasial dan Regional

Seiring dengan penyebaran penyakit ini ke luar Afrika, WHO mencatat adanya penggunaan istilah “cacar monyet” dengan konotasi yang mengarah pada stereotip rasial dan diskriminasi terhadap orang-orang Afrika atau mereka yang tinggal di wilayah tertentu. Untuk mengatasi masalah ini, WHO memutuskan bahwa nama penyakit harus lebih netral dan tidak menyiratkan asosiasi dengan kelompok tertentu atau hewan tertentu. Nama “mpox” dianggap sebagai pilihan yang netral dan lebih aman digunakan dalam konteks lintas budaya.

3. Pentingnya Bahasa dalam Menangani Penyakit Menular

Pemilihan bahasa yang tepat sangat penting dalam menangani penyakit menular. Istilah atau nama yang menimbulkan ketakutan atau kesalahpahaman bisa menghambat upaya pengendalian penyakit, seperti vaksinasi dan perawatan. Nama “mpox” lebih sederhana, pendek, dan diharapkan memudahkan penyampaian informasi yang lebih efektif kepada masyarakat tentang pencegahan, gejala, serta cara penanganan penyakit. WHO ingin agar masyarakat lebih fokus pada cara pencegahan dan penanganan daripada terjebak dalam ketakutan yang disebabkan oleh nama penyakit.

4. Tindakan Responsif WHO terhadap Masukan Publik

WHO menerima masukan dari berbagai negara, organisasi kesehatan, dan masyarakat untuk melakukan evaluasi terhadap nama-nama penyakit yang berpotensi merugikan. Perubahan dari “cacar monyet” menjadi “mpox” adalah bagian dari upaya responsif WHO untuk menerima masukan publik dan menjaga etika penamaan penyakit. WHO juga telah melakukan tindakan serupa pada penyakit lain, seperti COVID-19, yang dinamai tanpa mengaitkan asal geografis agar tidak menimbulkan prasangka atau diskriminasi terhadap wilayah tertentu.

Apa Itu Mpox?

Mpox, atau Monkeypox virus, adalah penyakit zoonosis, artinya dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Penyakit ini disebabkan oleh virus yang termasuk dalam genus Orthopoxvirus, yang juga mencakup virus cacar. Penularan mpox dapat terjadi melalui kontak langsung dengan cairan tubuh, lesi kulit, atau benda-benda yang terkontaminasi virus. Gejala mpox mencakup demam, sakit kepala, nyeri otot, pembengkakan kelenjar getah bening, dan ruam atau lesi kulit yang mirip dengan cacar.

Apa Saja Penyakit Menular yang Menyebar lewat Air Liur?

Penyakit menular yang menyebar lewat air liur dapat dengan mudah berpindah dari satu orang ke orang lain melalui kontak langsung atau tidak langsung. Air liur mengandung berbagai mikroorganisme, termasuk bakteri, virus, dan jamur, yang bisa menyebabkan infeksi. Berikut adalah beberapa penyakit menular yang umum menyebar melalui air liur dan penjelasannya.

1. Mononukleosis (Demam Kelenjar)

Mononukleosis, atau sering disebut sebagai “penyakit ciuman,” disebabkan oleh virus Epstein-Barr (EBV). Penyakit ini menyebar melalui air liur, dan bisa menular melalui kontak langsung, seperti berciuman, atau berbagi alat makan dan minuman dengan orang yang terinfeksi. Virus ini dapat menyebabkan demam, pembengkakan kelenjar getah bening, sakit tenggorokan, dan kelelahan ekstrem.

Gejala:

  • Demam
  • Sakit tenggorokan
  • Pembengkakan kelenjar di leher
  • Kelelahan

2. Flu dan Pilek

Flu dan pilek disebabkan oleh virus yang menyerang saluran pernapasan, seperti virus influenza atau rhinovirus. Virus-virus ini dapat menyebar melalui tetesan air liur yang keluar saat batuk, bersin, atau berbicara. Kontak dengan benda yang terkontaminasi air liur juga dapat menjadi media penyebaran virus.

Gejala:

  • Batuk
  • Sakit kepala
  • Demam (pada flu)
  • Hidung tersumbat atau berair

3. Herpes Simpleks

Virus Herpes Simpleks (HSV), terutama tipe 1 (HSV-1), dapat menyebabkan infeksi di area mulut dan bibir, yang sering disebut sebagai “cold sores” atau luka dingin. Virus ini bisa menular melalui air liur, terutama melalui kontak langsung dengan luka herpes yang aktif, seperti berciuman atau berbagi alat makan.

Gejala:

  • Luka lepuh di sekitar mulut atau bibir
  • Nyeri atau gatal di area yang terkena
  • Demam ringan (pada infeksi pertama)

4. Meningitis Bakteri

Meningitis bakteri adalah infeksi serius yang menyebabkan peradangan pada selaput otak dan sumsum tulang belakang. Beberapa jenis bakteri penyebab meningitis, seperti Neisseria meningitidis, dapat menyebar melalui air liur saat bersin, batuk, atau berciuman. Penyakit ini sangat serius dan memerlukan penanganan medis segera.

Gejala:

  • Sakit kepala parah
  • Demam tinggi
  • Leher kaku
  • Sensitivitas terhadap cahaya

5. Gondongan (Mumps)

Gondongan disebabkan oleh virus paramyxovirus yang menular melalui air liur atau tetesan pernapasan dari orang yang terinfeksi. Gondongan biasanya menyebabkan pembengkakan kelenjar ludah di dekat telinga, yang menyebabkan wajah terlihat bengkak. Penyakit ini juga bisa menyebar melalui berbagi alat makan atau kontak dengan air liur yang terkontaminasi.

Gejala:

  • Pembengkakan di kedua sisi wajah
  • Nyeri saat mengunyah atau menelan
  • Demam
  • Kelelahan

Anaerobik: Pengertian, Jenis, Manfaat dan Bedanya dengan Aerobik

Anaerobik adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan aktivitas fisik yang dilakukan tanpa memerlukan banyak oksigen untuk menghasilkan energi. Berbeda dengan latihan aerobik yang menggunakan oksigen untuk menghasilkan energi, latihan anaerobik mendapatkan energi dari simpanan energi yang tersimpan di dalam otot, seperti glikogen. Latihan ini biasanya berlangsung dalam waktu singkat, namun intensitasnya tinggi.

Pengertian Anaerobik

Latihan anaerobik melibatkan kerja otot dengan cepat dan kuat dalam waktu singkat, seperti angkat beban, sprint, atau latihan kekuatan lainnya. Selama aktivitas ini, tubuh tidak cukup mendapatkan oksigen untuk mempertahankan kerja otot, sehingga menggunakan energi yang tersimpan dalam otot untuk menghasilkan tenaga. Karena intensitasnya yang tinggi, latihan anaerobik biasanya berlangsung dalam durasi yang lebih singkat dibandingkan latihan aerobik.

Jenis-Jenis Latihan Anaerobik

  1. Angkat Beban: Melatih kekuatan otot dengan menggunakan beban eksternal seperti dumbbell, barbell, atau alat gym.
  2. Sprint: Berlari dengan kecepatan tinggi dalam waktu singkat, biasanya antara 10 hingga 30 detik.
  3. Latihan Interval Intensitas Tinggi (HIIT): Latihan yang mengombinasikan periode latihan intensitas tinggi dengan istirahat singkat, seperti burpee, jumping jack, atau lompat tali.
  4. Plyometric: Latihan yang melibatkan lompatan eksplosif, seperti box jump atau lompatan tinggi.

Manfaat Latihan Anaerobik

  1. Meningkatkan Kekuatan Otot: Latihan anaerobik menargetkan peningkatan kekuatan dan ukuran otot, menjadikannya ideal untuk mereka yang ingin membangun massa otot.
  2. Membakar Lemak: Meskipun durasinya singkat, latihan anaerobik dapat meningkatkan metabolisme tubuh, yang membantu dalam pembakaran lemak bahkan setelah latihan selesai.
  3. Meningkatkan Daya Tahan Otot: Secara bertahap, latihan anaerobik membantu meningkatkan kapasitas otot untuk bekerja lebih keras dalam waktu yang lebih lama tanpa kelelahan.
  4. Menjaga Kesehatan Tulang: Latihan beban, salah satu bentuk latihan anaerobik, telah terbukti membantu memperkuat tulang dan mencegah osteoporosis.

Perbedaan Anaerobik dengan Aerobik

  • Kebutuhan Oksigen: Latihan aerobik memerlukan oksigen dalam jumlah besar untuk mempertahankan energi, sedangkan anaerobik tidak membutuhkan banyak oksigen karena menggunakan energi dari glikogen yang tersimpan di otot.
  • Durasi dan Intensitas: Latihan aerobik biasanya berlangsung lebih lama dengan intensitas rendah hingga sedang (misalnya jogging, bersepeda), sedangkan latihan anaerobik berintensitas tinggi tetapi dengan durasi yang lebih singkat (seperti sprint atau angkat beban).
  • Sumber Energi: Latihan aerobik menggunakan lemak dan karbohidrat sebagai sumber energi, sementara anaerobik terutama menggunakan simpanan glikogen di otot.

Penyakit yang Bisa Menyebabkan Orang Meninggal Mendadak

Penyakit yang bisa menyebabkan orang meninggal mendadak meliputi berbagai kondisi yang sering kali tidak menunjukkan gejala atau tanda-tanda yang jelas sebelumnya. Kematian mendadak sering kali terjadi secara tiba-tiba dan tanpa peringatan sebelumnya, meninggalkan sedih dan kebingungan di antara keluarga dan teman-temannya. Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan kematian mendadak termasuk:

1. Serangan Jantung (Infark Miokard)

Serangan jantung terjadi ketika aliran darah ke jantung terputus secara tiba-tiba, biasanya karena sumbatan pada arteri koroner yang mengoklusi aliran darah ke bagian jantung. Gejalanya bisa sangat beragam, mulai dari nyeri dada yang parah hingga gejala tidak khas seperti sesak napas, mual, atau pusing. Beberapa serangan jantung bisa sangat fatal dan menyebabkan kematian dalam hitungan menit.

2. Aritmia Jantung

Aritmia adalah ketidaknormalan dalam detak jantung, yang bisa membuat jantung berdetak terlalu cepat (fibrilasi atrium atau ventrikel) atau terlalu lambat. Aritmia yang parah dapat menyebabkan jantung berhenti berdetak secara tiba-tiba (henti jantung), yang merupakan keadaan darurat medis yang memerlukan tindakan segera.

3. Stroke

Stroke terjadi ketika aliran darah ke bagian otak terganggu, baik oleh sumbatan (stroke iskemik) atau pendarahan (stroke hemoragik). Gejala stroke bisa meliputi kehilangan kesadaran, kelemahan atau kelumpuhan pada satu sisi tubuh, kesulitan berbicara, atau gangguan penglihatan. Stroke iskemik yang tidak diobati dengan cepat dapat menyebabkan kematian otak atau bahkan kematian tubuh secara keseluruhan.

4. Emboli Paru

Emboli paru terjadi ketika gumpalan darah (biasanya dari kaki atau panggul) terlepas dan mencapai paru-paru, menghalangi aliran darah. Ini dapat menyebabkan penurunan tiba-tiba dalam fungsi pernapasan dan dapat mengancam nyawa jika tidak segera diobati.

5. Kardiomiopati Hipertrofik

Kardiomiopati hipertrofik adalah kondisi di mana otot jantung mengalami penebalan yang tidak normal, mengganggu aliran darah keluar dari jantung. Ini bisa menyebabkan aritmia atau henti jantung mendadak.

6. Penyakit Jantung Bawaan

Beberapa kelainan jantung yang hadir sejak lahir atau penyakit jantung bawaan dapat menyebabkan komplikasi yang serius dan mendadak, terutama jika ada kegagalan sirkulasi yang signifikan.

7. Aneurisma Aorta

Aneurisma aorta adalah pembengkakan pada dinding arteri utama yang membawa darah dari jantung. Jika aneurisma pecah, ini bisa menyebabkan perdarahan internal yang hebat dan kematian mendadak.

8. Kardiak Arrest (Henti Jantung Mendadak)

Henti jantung mendadak adalah keadaan ketika jantung tiba-tiba berhenti berdetak, seringkali karena masalah listrik yang mengatur detak jantung. Ini membutuhkan tindakan CPR dan defibrilasi segera untuk meningkatkan peluang kelangsungan hidup.

9. Sindrom Long QT

Sindrom long QT adalah gangguan genetik yang mempengaruhi sistem listrik jantung, menyebabkan detak jantung yang tidak teratur yang dapat menyebabkan henti jantung mendadak, terutama saat olahraga atau stres.